Jualan produk digital akhir-akhir ini agak aneh, saya bicara soal software. Jual beli produk digital secara cloud awalnya menjanjikan, karena sebuah produk bisa terus tersedia selama server hosting tersebut masih ada, dan orang yang sudah membelinya tidak perlu lagi direpotkan dengan media penyimpanan secara fisik. Hal tersebut beresiko, seperti kepingan CD/DVD yang mudah rusak bila tergores, sehingga data di dalamnya tidak bisa diakses. Terus berevolusi dengan memori flash, USB flashdisk yang juga rentan terhadap temperatur tinggi.
Lalu karena kapasitas yang semakin membengkak yang tidak diimbangi dengan kecepatan baca/tulis media penyimpanan, sehingga media penyimpanan fisik tidak lagi efektif. Terlebih lagi kontennya semakin bertambah, dan update berkala, membuatnya tambah tidak menjanjikan. Seiring perkembangan teknologi, distributor software beralih ke internet karena dirasa sudah cukup secara kecepatan, dan biaya yang murah, serta kemudahan penyebarannya.
Pembeli adalah raja
Ketika seseorang sudah membeli suatu barang maka dia adalah raja. Maksudnya dia sudah memiliki barang tersebut, dan terserah mau diapakan itu haknya dia.
Awalnya sangat mudah, anda pilih software, lalu klik bayar, mendapatkan lisensi, download software tersebut, maka anda sudah memilikinya, versi full. Kalau ada pembaruan tinggal klik update maka software akan mengunduh pembaruan secara otomatis, tanpa mengeluarkan biaya lagi. Setelahnya ada versi terbaru, maka harus membeli ulang software tersebut.
Software online |
Sejak saat itu mulai berubah, entah itu developer atau publisher. Cara berbisnisnya jelek. Mereka tidak menjual barang yang sudah matang, tapi mereka sudah rilis dan jual. Lalu menjanjikan update perbaikan berkala. Ini justru mematikan kreatifitas, tidak ada lagi inovasi, tapi melanjutkan PR yang belum selesai, dan siklusnya seperti itu terus. Contohnya, windows 8 sampai versi sekarang.
Mereka terus menjalankan siklus tersebut menjadikan software tersebut tidak bisa diserahkan kepada user, meskipun mereka membeli. Sehingga user yang membeli software tersebut, yang diberikan bukanlah software, melainkan hanya lisensi. Sedangkan software tetap ada pada server, dan user harus terkoneksi dengan server tiap kali menggunakannnya. Bahasa kerennya “Always Online”.
Salah satu game online, yang tidak terlalu online. |
Menjadi sebuah masalah jika menitipkan sebuah software pada server, jika kita sebagai user (konsumen). Seperti contohnya IDWS, awal kehadirannya menjadikan sebuah solusi dari internet kita yang “jelek”, secara kualitas dan harga, untuk mengakses server hosting dari luar negeri. Sehingga IDWS membuat server lokal, dalam negeri, untuk mengatasi hal tersebut. Masyarakat kita dapat saling berbagi file pribadi disana, legal atau ilegal. Namun ada kelompok DMCA yang menjatuhkannya, tidak hanya server IDWS, contoh lain adalah MEGA Upload, dan masih banyak lagi situs hostingan yang dicekal oleh badan hak cipta digital. Anehnya kenapa pabrik (server) yang digerebek dari pada bandar (bandar)? Secara logika barang ilegal akan terus ada selama pembuatnya masih ada, soal tempat ya... uploader bisa cari tau mana yang bisa profit.
Itu yang akan menjadi masalah ketika menggunakan software basis cloud, yang mana user memiliki software, namun di server sudah tidak ada, entah dihapus atau berhenti disupport atau yang lebih parah server dimatikan. Di sinilah peran penting pembajak software. Cracker software akan membuat software bisa berjalan secara mandiri di komputer klien, tanpa bantuan server. Yaitu membuat server virtual untuk mengelabuhi software, sehingga software klien mengira bahwa dia telah terkoneksi dengan server asli, dan akhirnya dapat digunakan
Game store atau maketplace yang menjual software, atau secara bundle, namun hanya aktif selama sebulan atau setahun, selebihnya bayar lagi. Itu adalah sistem sewa, bahasa kerenya “subscribe”. Ingat dengan rental? Sebut saja rental PS, anda tengah memainkannya, bila waktunya habis barang akan diminta lagi, tidak peduli selesai atau belum. Bukan hal baru kan? Dipikirnya membeli produk atau lisensi, aslinya sewa. Sama seperti kuota internet, anda pakai atau tidak, dan waktunya habis, ya hangus layanan tersebut. Bedanya dengan beli produk, bila anda pakai sampai habis ya selesai.
Mengingat dulu ada software dengan versi full tapi trial, yaitu mendapatkan software secara gratis dengan masa aktif beberapa jam atau hari. Tujuannya untuk uji coba, apakah software tersebut cocok untuk anda pakai. Setelahnya masa aktif selesai, tidak bisa digunakan, untuk melanjutkannya butuh membeli software tersebut. Contohnya WinRAR. Ini konyol, kenapa harus membayar sebuah software hanya mendapatkan versi trial, sedangkan dulu itu gratis. Sekarang dijual dibawah label subscription, game pass, atau apalah kata-kata keren lainnya untuk menyembunyikan kata "sewa". Kelebihannya cuma konten eksklusif, yang mana hanya dipakai ketika butuh, dan itupun tersimpan pada server. Belum lagi software masih banyak perbaikan, tidak utuh seperti jaman dulu, diberikan secara penuh full version, dan anehnya minim bug, tidak diperbarui tidak masalah.
Cara Berkomentar
1. Gunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti
2. Komentar tidak berisi link
3. Jika merasa komentar ditolak, baca ini: Bantuan dan Dukungan