Subscribe Us

Cara Bermain Game yang Sehat

Awal saya mengenal video melalui arcade, dulu hanya ada di mall atau pojokan pasar (tersembunyi). Pada mesin arcade, player dibatasi dengan “coin” dan “tingkat kesulitan” tinggi. Didesain agar player tidak berlama-lama dalam satu mesin, dan akan kembali lagi esok harinya.

Ada pula gembot gadget yang membosankan, karena keterbatasan mesin saat itu yang menjadikan permainan hanya ada satu jenis dan memiliki satu-tiga level. 



Saat memiliki konsol Sega atau Nintendo yang sebenarnya membawakan game arcade agar bisa dimainkan di rumah. Namun sistemnya berganti dengan “credit”, yaitu kesempatan mengulang pada suatu level di berikan 3-9 kali main. Apabila sering kalah dan menghabiskan credit, maka player harus mengulang kembali dari awal permainan, sebab belum ada save point.


Kemudian hadir PlayStation yang pertama. Game modern yang memiliki save point, yang membutuhkan kartu memori untuk menyimpannya. Waktu itu admin belum mampu untuk membelinya sehingga memainkannya melalui rental. Sistem rental membatasi player untuk bermain bedasarkan “jam”. Setelah waktunya habis ya harus undur diri. Kalau ada uang baru main lagi.


Saat PS ada dirumah, yang terjadi adalah memainkannya non-stop sampai game tamat. Begitu juga saat ada PC sebagai sarana balas dendam karena belum pernah menamatkan game lawas di konsol, dan game terbaru. Karena disini tidak ada yang membatasi player dalam bermain.

Berkaca dari kesalahan tersebut, saya sadari bahwa bermain secara non-stop itu salah. Meskipun kuat selama 8-12 jam non-stop, tapi paling ideal itu 3 jam sehari. Banyak sekali dampak kerugiannya diantaranya yang paling menonjol sebagai berikut:

1. Waktu terbuang percuma

Maksudnya bukan meninggalkan pekerjaan lain. Katakanlah misi yang seharusnya selesai dalam waktu 30 menit, tapi tidak pernah selesai karena terjebak dalam kesalahan dan kekalahan yang sama secara berulang, sampai baru sadar telah menghabiskan waktu 2 jam. Ini menandakan kualitas yang menurun.

2. Motion Sickness

Saat memainkan game mata terpaku ditengah layar satu titik, kalau di game FPS itu namanya crosshair. Sedangkan background layar itu terus bergerak dengan cepat. Ini memicu stimulasi tubuh seperti terguncang secara terus menerus yang berakibat pusing dan mual.

3. Brain Burnout

Menjelaskan kedua poin sebelumnya. Sebuah kondisi dimana otak sudah kelelahan dan sulit untuk berpikir. Diperparah kondisi badan yang sudah tidak fit karena semua yang ada di badan sudah habis diperas oleh otak. Siapa sangka aktivitas gaming itu menguras pikiran, dan otak adalah salah satu organ vital tubuh manusia. Jika ini sudah kelelahan akan berakhir dengan emosi tidak terkendali, karena tidak mendapatkan kepuasan yang diharapkannya dari sebuah game. Akibatnya malas, mudah marah dan tersinggung. 

Jika dalam kondisi seperti ini dipaksakan bermain, yang ada sering kalah terus dan mengulangi kesalahan yang sama berulang kali. Akhirnya stres dan bisa berujung kematian.

4. Minat belajar menurun

Dari ketiga di atas akan berdampak buruk terutama yang masih dalam usia sekolah 12 tahun. Karena masa ini adalah waktu dimana anak masih memiliki fantasi, antusias, rasa penasaran, mencari dan mendapatkan perhatian, pencapaian, tapi minim penalaran dan tidak kenal rasa cukup.

Pada dasarnya video game umumnya di desain untuk usia 12 tahun ke atas, meskipun ratingnya “E” (everyone) atau semua usia, orang tua wajib mendampingi atau bermain bersama anak. Sebab orang tua harus bisa menjadi rem kapan waktunya berhenti memainkan game.

Ada game edukasi untuk usia itu, tapi game edukasi tidak pernah menarik dan menyenangkan dan cenderung interaksi yang membosankan.

Sebab jika tiga kondisi yang telah disebutkan terjadi, akan membuat anak malas belajar untuk keperluan sekolah, dan tentu akan membuat nilai jelek. Karena pikirannya sudah berada di video game daripada di pelajaran sekolah.


Solusi untuk mengatasi keempat masalah tersebut adalah dengan pembatasan waktu bermain game.

Seperti yang diceritakan di awal, pada mesin arcade dan rental, adanya batasan untuk pada player yang membuatnya berhenti bermain, dan akan memainkannya kembali pada kemudian harinya. Ini ada jeda waktu yang cukup lama, untuk otak istirahat. Perhatikan permainan arcade rata-rata hanya bertahan 10 menit, dan rental 2 jam, dihitung dari 1 hari = 24 jam. Dengan demikian setiap kali memainkan game itu kembali, dengan otak fresh akan menyetel strategi baru untuk menyelesaikan tantangan dalam game. Tentu dengan cara yang lebih efisien dan efektif. Sebab masih ingat akan kesalahan sebelumnya yang sekarang berusaha untuk dihindari.

Kapan harus berhenti bermain game?

Pasti muncul perasaan "nanggung, bentar lagi", memang benar game didesain agar pemain tidak lepas darinya dengan bumbu "rasa penasaran" menunggu kelanjutan permainan tersebut. Jika diperhatikan khususnya pada game offline yang memiliki mode campaign, story mode, carrier dsb. Sudah didesain memiliki stage, mission, episode, dsb. Dengan demikian bisa gunakan itu untuk membatasi aktivitas gaming.


Metode misi

Contoh paling gampang game call of duty series. Game ini rata-rata menghabiskan waktu 6-8 jam jika dimainkan non-stop.  merujuk pada callofduty.fandom.com. Memiliki 3 act, tiap satu misi pada act bisa menghabiskan waktu sekitar 20-45 menit. Nah, cara memainkannya 1 hari = 1 misi, sehingga butuh 2 minggu untuk menamatkan game ini.


Metode map

Game yang menggunakan gaya conquer seperti game balap NFS carbon seperti dibawah ini:

Dalam satu map ada 4 wilayah, dibagi lagi menjadi 4-5 area, 1 area bisa ada 2-3 event. Sedangkan 1x balap = 3 menit x 3 = 9 menit. Belum ditambah cutscene, modif, dan mengulang balapan akhirnya 30 menit,  belum selesai ada boss battle total bisa sampai 1 jam hanya untuk satu area = 1 hari.


Metode episode/series

Sementara game RPG atau yang online sekalipun biasanya memiliki quest, nah quest ini anggap saja seperti episode layaknya TV series. 1 quest bisa butuh menyelesaikan 5-10 side-quest. 

Contohnya game the witcher. Ceritanya diundang oleh raja, kabarnya putrinya sedang sakit dan butuh obat, tapi lokasinya jauh dan berbahaya. Lalu witcher pergi mengambil obat dan ditengah jalan diserang bandit. Selesai bertarung dan mendapatkan obat, ditengah perjalanan dia istirahat, saat tidur tasnya dicuri. Maka harus mencari tas yang berisi obat sang putri. Sampai pada akhirnya tas ditemukan, tapi membuka misteri baru, karena pencuri tas mati secara misterius. Ternyata sang putri raja adalah monster yang meneror kampung sebelah. GAME SEPERTI INI BISA BERLANGSUNG SELAMA 1-2 JAM TANPA DISADARI! Padahal kosepnya sederhana. Nah, game yang seperti ini, 1 quest = 1 hari. Awet selama sebulan.


Metode ronde/turnamen

Bagaimana dengan game online kompetitif yang tidak memiliki story mode? ini khususnya  mengejar rangking konyol demi kebanggaan palsu.

  • CS: 1 matchmaking = 45 menit x 2 = 90 menit. Bisa dimainkan sampai 2x sehari. 
  • DOTA: umumnya 1 matchmaking bisa 1 jam, jadi hanya bisa 2x main sehari.
  • ML: untuk game mobile ini durasinya lebih singkat 1x matchmaking = 15 menit x 4 main = 60 menit untuk seharinya.
  • BF: 1 matchmaking = 15-20 menit bisa dimainkan 6x main untuk seharinya.
  • Game sport seperti sepak bola gunakan full time untuk 1x pertandingan = 45 menit x 2 babak = 90 menit untuk satu hari, Ini sudah realistis mengikuti aturan main sepak bola

Sialnya... game kompetitif ini jika anda “sering kalah” maka akan dikelompokan dengan pemain yang levelnya buruk seperti performa anda saat ini. Dan jika anda bermain bagus, malah akan dihadapkan dengan player yang “lebih hebat” daripada anda. Sebuah algoritma yang konyol didesain untuk menjatuhkan anda.


Kesimpulannya

Dengan metode di atas, kualitas gaming saya lebih baik dengan waktu gaming efisien (singkat), misi dalam game lebih cepat selesai (efektif), dibandingkan dengan bermain non-stop menamatkan game dalam sehari. Paling terlihat pada game multiplayer kompetitif, anehnya persentase menang lebih tinggi daripada full seharian main game.

Dipikir game yang harganya 600 ribuan itu bisa bertahan paling singkat 1 minggu. Kalau diluar negeri ada yang namanya liburan musim panas atau musim dingin, cara memanfaatkan waktu gaming ya saat itu. Bagi orang yang sibuk sesempatnya sehari 1-2 jam sebelum tidur itu sudah cukup. Sehingga aktivitas gaming tidak mengganggu aktivitas lain. 

Apalah arti gaming tapi hasilnya emosian dan badan sakit, malah rugi dua kali lipat. Kalau dipikir malah menghilangkan unsur “hiburan” yang menjadi inti dari game itu sendiri. Jangan sampai aktifitas gaming merusak diri hanya karena tidak tahu kapan harus berhenti.

Posting Komentar

0 Komentar