Dikisaran harga yang selisih sedikit pilihan jatuh pada
Logitech G502 daripada Steelseries Rival 500. Satu hal yang membuat saya
tertarik adalah infinite scroll, yaitu roda scroll yang dapat berputar bebas. Namun
kualitas Logitech sudah terkenal dengan penyakit switch yang suka dobel klik.
Paket penjualannya terdapat unit mouse dengan kabel braided yang kaku, pemberat
(5x3.6g), kartu garansi, manual, untuk driver download sendiri di web Logitech.
Mengingatkan saya dengan mouse elephant leviathan yang ukurannya sedang tapi Logitech ini lebih landai, jadi lebih cocok untuk gaya palm grip. Ada enam tombol tambahan pada mouse ini yang bisa deprogram kecuali tombol scroll.
Bahan plastic ABS yang kokoh dan bagian samping terbuat dari karet, bukan lapisan karet! Ini bagus untuk meningkatkan grip pada tangan karena keset. Tapi jelek untuk jangka panjang jika sudah getas maka bisa mengelupas (gompal). Hanya lapisan karet pada bagian atas. Pada logo G (seri gaming) nyala led yang bisa disetel sama dengan level dpi pada samping kiri.
Bobot mouse ini sudah sedikit berat karena bahan yang dipakainya, tapi tidak seimbang. Pemberat tersebut memainkan perannya di sini. Selain itu kekuatan tangan setiap orang berbeda. Jadi saya tidak bisa memberi jawaban, karena ini preferensi pribadi.
UJI COBA
Pada pemakaian umum, mouse ini terasa biasa saja. Scroll
infinite ternyata nyaman untuk browsing web atau dokumen yang panjang. Tapi yang
berbeda adalah sensor dari mouse ini yang bagus, terasa halus setiap gerakan
cursor. Satu yang mengganggu saya adalah jari kelingking tidak ada tempat
untuknya. Saat menggerakan mouse, jari kelingking seperti menjadi rem untuk
mouse ini. Meskipun tiga jari diletakan diatas tombol, rasanya menjadi aneh.
Paling membantu untuk keperluan gambar, terutama untuk detailing. Fitur dpi dan
macro bisa disatukan untuk membuat shortcut beberapa tools yang sering dipakai.
Sehingga pekerjaan lebih efiesien dan cepat. Sensor mouse ini sangat membatu
untuk penggunaan tool pensil.
Pengujian pada game DotA, tanpa pemberat lebih membantu untuk geser-geser cursor pada ujung layar dengan dpi tinggi. Posisi tangan lebih rileks karena dimensinya yang lebih landai tidak menonjol di satu sisi. Namun game ini tidak mendeteksi tombol tambahan, dan harus disetel lewat software.
Berbeda dengan Couter-strike, aiming lebih menyenangkan karena rasa pergeseran cursor yang halus. Pemberat di tambah untuk game ini, yang membantu untuk menghentikan kursor pada titik tertentu. Sialnya, tetap saja tombol tambahan tidak dikenali, dan harus lewat software.
Beberapa hal yang membuat mouse ini tidak cocok untuk anda. Pemakaian yang jorok dan tempat yang panas merusak bahan karet itu membuatnya cepat getas dan gompal. Anda seorang kidal. Tidak suka mouse berat. Tangan kecil, dan menggunakan grip claw. Kabel braided ini bisa kaku dan sobek dalam jangka waktu yang lama.
TUNING SOFTWARE
Di awal tampilan software Logitech anda akan ditawari akan menggunakan memory internal atau simpan di PC.
- Memakai Memory internal mouse pengaturannya cukup ringkas dan tidak akan perlu software Logitech lagi setelah anda selesai memprogram mouse ini. Pengaturan tersebut bisa dipakai di mana saja. Hanya saja cuma ada 3 profil yang bisa digunakan.
- Sedangkan Automatic Detect menggunakan PC sebagai penyimpanan pengaturan mouse anda. Banyak pengaturan seperti profil untuk aplikasi dan game yang berbeda dan terpisah.
Pertama yang saya lakukan adalah kalibrasi sensor optik mouse pada permukaan yang digunakan. Bertujuan agar sensor optik bekerja lebih optimal dan akurat. Caranya cukup mudah klik Icon Tuning. Lalu tekan klik kiri sambil digerakan membuat angka delapan. Setelah selesai lepas klik tadi dan selesai.
Dilanjutkan dengan setting LED, ini sebenarnya tidak terlalu penting. tidak suka yang kelap-kelip seperti lampu tujuh belasan. Matikan saja! Warna LED ini saya gunakan sebagai kode profil. Pada game DotA warna Amber (warna logo Dota), CSGO dengan warna Magenta (warna HUD CSGO).
Cuma ada dua efek pencahayaan, bernafas (kelap-kelip), dan warna spektrum (RGB). Lucunya lagi tidak bisa memakai warna putih, padahal LED dengan 16.8M warna, yang dihasilkan malah warna biru pudar. *tepokjidat
Sudah selesai berurusan dengan LED sekarang saatnya pengaturan makro pada tombol mouse. Semua tombol dapat diubah fungsinya kecuali tombol kunci scroll wheel. Software-nya sedikit agak menyusahkan, malahan lebih mudah punya steelseries. Ini karena terlalu banyak window pengaturan hanya untuk satu pengaturan, daripada semua ditampilkan dalam satu window.
Setting macro dengan step-by-step memudahkan, tapi juga menjadikan sebuah batasan karena tidak membiarkan user berkreasi dengan setting macro sendiri. Dengan kata lain harus mengikuti langkah-langkahnya. Tapi bagi programer ada setting advanced sendiri jika mau beralih ke basis teks daripada GUI.
Ada yang menarik di sini yaitu fitur G-Shift yang bisa memberikan layer sebagai tombol makro alternatif. penggunaanya dengan cara menekan tombol tersebut dan dilanjutkan dengan menekan tombol lainnya yang sudah diatur sebelumnya. misal saat bermain CSGO klik kiri yang digunakan untuk menembak automatis, dikombinasikan dengan makro tembak single/tap, hanya cukup menekan tombol G-Shift dan klik kiri. Jadi seperti memiliki Fire Mode.

















Cara Berkomentar
1. Gunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti
2. Komentar tidak berisi link
3. Jika merasa komentar ditolak, baca ini: Bantuan dan Dukungan