Subscribe Us

HEADSET: DBE GM200 “Gaming Ready”

Headset gaming murah banyak pilihannya, banyak modelnya dari kalem layaknya headset audio, sampai yang kelap-kelip seperti pohon natal. Sudah saya meninggalkan Sades yang suara treble sudah jebol. Lalu saya teringat akan produk audio lokal yaitu DBE, yang dulu saya sempat jatuh cinta dengan speakernya SP77 yang tidak kesampaian beli, dan akhirnya saya putuskan untuk ambil headsetnya dan ternyata... salah sasaran.

hanya dapat headset dan kartu garansi

Sebelum anda menyesal baca artikel saya kali ini. Kenapa salah sasaran, baca review headset HP saya sebelumnya, kalau belum baca klik link dibawah ini.

HEADSET: HP H300 Eco Gaming Gear

Dalam artikel tersebut jika anda scroll paling akhir maka saya menyatakan menemu kejanggalan. Dan saya temui juga dengan headset DBE ini, dan ternyata headset ini adalah rebrand dari headset RiZum asala korea! Kecewa sudah pasti, terlebih lagi para reviewer youtuber indonesia tidak menemui hal ini. Mereka menggembar-gemborkan headset ini MANTAP! Ternyata ih... biasa aja. SIAL! 7.1 virtual surround bohongan! Tapi saya tetap penasaran seperti apa performanya!

box dari segala sisi memuat spek dan feature

Mulai dari tampilan dan desain, yang membuat saya tertarik adalah desainnya yang ringkas minimalis. Tidak ada faktor gamingnya kecuali lampu LED dan logo DBE Gaming (D & E) pada sisi headset dan juga mic. Kedua LED yang menyinari logo headset ini tidak akan terlihat saat headset ini dikenakan.

headset on/off otomatis

Saya raba-raba hmm... plastik... biasa. Sekali lagi mengedepankan tampilan menjadikan kesannya premium. Earcup besar (oversize) dengan drivernya 5cm, berlebihan sekali. Tebal, lembut dan empuk membuatnya nyaman dipakai dalam jangka waktu yang lama. 

driver 5cm

Aslinya earcup ini berbahan spandex yang dilapisi kulit sintetis super tipis. Maka, seperti kebanyakan headset gaming murah lainnya akan rusak jika sering dipakai dan terkena keringat.

kulit sintetis texture kulit jeruk
Mencopot earcup ini cukup membuat was-was, karena lima pengguncinya yang pendek dan tipis, membuatnya gampang patah dan penggantinya tidak ada!

pengait ringkih
Efek dari oversize earcup adalah tidak bisa dikalungkan dileher, setelah istirahat dari matchmacking, karena ukurannya yang besar dan tidak bisa dilipat. Menjadikan kepala tetap mendongak ke atas. Sudah pegel malah mendongak. Mau tidak mau harus di taruh di tempat lain.


 Untuk volume ada di belakang keluarnya kabel mudah diraih, geser ke bawah untuk mengecilkan, dan geser ke atas untuk mengeraskan suara.

satu-satunya kontrol headset ini

Mic elastis bisa tekuk sana-sini, ukurannya kurang panjang hanya sampai di ujung bibir, LED-nya sekali lagi mengganggu, dan lucunya, warnanya lebih gelap. Tapi jangan salah, hasil keluaran mic-nya bagus loh, jernih mirip IEM KZ. Jangan salah juga walaupun pendek ketika saya lipat ke atas eh... masih nyangkut. Lantas buat apa dibikin panjang? Bahkan saya bisik-bisik juga masih nyangkut. Sudah sensitif, sialnya tidak ada tombol on/off untuk mic, suara toa masjid bisa masuk juga, haha. Ini nilai plus menurut saya, jika saja ini disematkan di seri DBE GM100 v1, karena itu incaran awal saya, dan micnya tersembunyi jadi lebih condong ke headset audio, bukan gaming


lubang mic

Saya lihat lagi ke headband, bahan yang sama yang ditemui pada earcup, penahannya menggunakan karet dan plastik yang membuatnya elastis otomatis menyesuaikan kepala penggunaannya, kelihatan seperti besi tapi ternyata plastik jadi kesannya ringkih. 


 Gagang penahan menggunakan dua helai besi, saya suka ini karena tidak perlu khawatir jika digantung pada paku, karena tidak merusak headband. Dan bisa dikencangkan atau direnggangkan secara manual, tanpa takut patah karena dari besi, cuma bengkok aja. Dan ini lebih awet tentunya, selain itu kesannya minimalis.

Saya telusuri lagi mencari ujung kabel, eh! Pakai konektor USB! Nah, ini yang membuat saya penasaran, sudah lama saya pakai analog sekarang mau coba yang digital! Jika pakai konektor jack 3,5 mm kendalanya sering putus di konektornya, dan bisa diperbaiki dengan solder ulang atau mengganti konektornya. Sedangkan penyakit usb adalah konslet dan muncul “Unknown Device” sama seperti flashdisk, keyboard, mouse, dll. Kabelnya panjang, loh! 2,2 meter, kaku, dan tebal mirip kabel power, haha!


Lalu saya kenakan, dan rasanya kebesaran menurut saya pribadi, malah mengganggu terutama di bagian rahang atau bawah telinga serasa terjepit. Untuk mengatasi ini saya dorong ke depan, jika dilirik kelihatan ujung earcup. Pemakaian jangka waktu yang lama membuat kuping mulai hangat (tidak panas) untuk satu jam lebih.  Lalu saya coba dengarkan, aslinya suaranya unggul di low dan mid, ala gaming atau basshead. Saya tidak suka ini! Coba lagi dan ada yang membuat saya terdiam... ada suara gaib, hiii serem.
  • Dari bawaan headset ini staging-nya sudah luas, dan kenapa saat digunakan pada perangkat android seperti ada echo/gema yang lembut, ini sangat terasa di akhir setiap lagu. 
  • Saya coba untuk gaming, hal yang sama saya temui, seolah-olah 7.1 virtual surround tersebut terasa, aslinya tidak! sehingga suara sekitar mudah didengar, ini berkat staging yang luas dan frekuensi mid yang tinggi. Dengan headset apa saja jika equalizer frekuensi mid ditinggikan hasilnya mirip.
  • Sangat berbeda untuk movie, terutama suara vokal, suara pria lebih berat sedangkan untuk suara wanita lebih ringan. Untuk treble, mereka tenggelam karena bass.
  • Saya lanjutkan untuk memutar musik, hahaha pas-pasan mirip dengan headset dibawah 100 ribu! Tapi backing vocal terdengar lebih jelas, dan yang beda lagi adalah suara vokal dari pria lebih berat dan wanita lebih ringan (crisp).  Yang membuat heran adalah suara seperti diatas kepala. Sedangkan headset yang sudah pernah saya review suara ada di depan (center) dan ada yang tepat di kanan dan kiri telinga. Jika baca artikel review IEM KZ suaranya seperti di ujung telinga.
  • Suara dari luar tidak masuk untuk volume di atas 50%, seperti suara tetangga, kucing, televisi, atau paling dekat adalah keyboard mekanik switch biru yang terkenal berisik, tidak terdengar! Suara headset bocor? Tidak hanya terdengar samar-samar saja jika duduk bersebelahan, diatas 80% mulai terdengar jelas.

BegItu hasil tes headset ini tanpa setting atau software yang menemui kesimpulan. Menurut saya headset dengan karakter warm ini sudah siap untuk gaming! Oh iya, headset ini dipakai terbalik pun tidak masalah karena earcup bundar. Dan rekomen untuk basshead, kenapa nanti saya pos artikelnya!

Kelebihan

  • Harganya dibawah 300 ribu
  • Siap gaming (staging luas) dan Mic jernih berkat sound card USB.
  • Dibawah volume 80% tidak ada noise
  • Nyaman tidak berat walau fisiknya besar

Kekurangan

  • Headset stereo, karena dua driver kanan-kiri
  • Tidak untuk musik dan movie
  • Fixed earpad, tidak bisa dilipat, susah dikalungkan
  • Volume diatas 90% suara dominan di sebelah kiri
  • Kabel tebal dan kaku
  • Harus pakai OTG untuk android

Bila ada pertanyaan atau ada yang kurang jelas, silahkan bertanya melalui kolom komentar dibawah! Semoga informasi yang diberikan ini bermanfaat dan bila Anda merasa demikian maka Anda bisa membagikannya dengan mengklik ikon sharing dibawah. Cukup sekian dan terimakasih telah membaca!

Posting Komentar

0 Komentar