Berawal dari kecewanya tidak terbeli speaker SP77 karena discontinue. Akhrinya headset DBE menjadi pelampiasan. Dengan model yang wajar, tidak berbentuk aneh "marketing" gaming, dan kelap-kelip ala 17an. Headset DBE GM200 menjadi pengganti sades yang sudah jebol. Paket penjualannya minim.
Sebelumnya para reviewer Indonesia di YouTube melebih-lebihkan headset ini, padahal biasa saja. Lebih mengecewakan ketika saya temui ternyata ini rebrand dari RiZum Z9000 produk asal korea. Saya yakin karena bentukan dan driver softwarenya cocok pada produk ini. Ditambah virtual 7.1 surround hanyalah trik marketing. Satu yang membuat saya tertarik dengan produk ini karena bentuknya yang biasa-biasa saja, hanya setuhan led warna biru di sisinya pada logo gaming DBE, dan mic.
Bahan material yang dipakai juga sama seperti kebanyakan headset di kisaran harga yang sama. Bagian atas bando elastis yang mengikuti bentuk kepala dan pengaturan di sisinya, dan rangka besi di atasnya. Dipasangkan earcup oversize, tebal dan empuk. Cuma lapisan kulit sintetis ini mudah mengelupas. Untuk melepas earcup ini harus hati-hati 5 pengaitnya yang kecil ini mudah patah jika dipaksakan.
Dibaliknya ada driver 5cm. Disebelah kiri bawah dekat dengan ujung kabel ada pengaturan volume. Sedangkan mic-nya sendiri pendek dan dapat diatur.
Kabel yang digunakan cukup besar, dan kaku, mirip kabel power. Kabel 2,2m, panjang juga untuk sebuah headset, biasanya 1,8m. Dengan ujung konektor USB, yang berarti mempunyai driver sendiri, tidak menggunakan sound dari motherboard atau sistem PC.
UJI COBA
Berat, yang membuatnya demikian karena bahan plastiknya yang dibesarkan agar muat lampu birunya dan soundcard. Lampu dan bahan sintetis membuat headset ini cepat hangat di telinga, sangat tidak cocok saat musim kemarau. Nyaman berkat busa earup yang empuk yang melahap telinga sehingga meminimalisir kebocoran. volume 50% suara bocor.
Mic ini cukup menggangu karena ada lampu birunya, sehingga sering kali saya pakai secara terbalik agar mic menghadap belakang. Walaupun mic bisa ditekuk. Rangka penyangga atas terbuat dari besi sehingga akan aman jika selesainya headset dicantolkan di tembok dengan paku.
Karakter headset ini bright, condong ke treble dan vocal. Bass jangan terlalu berharap tapi ada, hanya sampai sekedar cukup.
Karena dijualnya sebagai perangkat gaming saya cobakan langsung ke game favorit, Counter-strike. Saya rasakan suara lebih didekatkan. Seperti mendengarkan speaker disebelah telinga. Tapi untuk game lebih terasa detil, staging luas, dan tertata rapi.
Sangat berbeda untuk movie, terutama suara vokal, suara pria lebih berat sedangkan untuk suara wanita lebih ringan. Untuk treble, mereka tenggelam karena bass.
Untuk musik mengecewakan, biasa saja. Tidak ada nilai lebih untuk harganya, bahkan tuning EQ tidak menolong. Untuk penikmat musik, baiknya jauh-jauh dari produk ini!
Kualitas mic, bukan kurang sensitif, tapi kurang panjang sedikit posisinya berada di samping pipi. Mengharuskan slide mic full, dan masih butuh booster. Kualitas suaranya biasa saja, software-nya tidak membatu apa-apa. Jadi mic cuma ada dan bisa berfungsi.
Setting software driver lanjut ke post berikutnya:
https://airfie.blogspot.com/2019/05/dbe-gm200-software-dari-rizum.html
Cara Berkomentar
1. Gunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti
2. Komentar tidak berisi link
3. Jika merasa komentar ditolak, baca ini: Bantuan dan Dukungan